Skip to content

Kancilkus, SP Ajak Cintai Adat Budayamu Sebelum Mencintai Adat Budaya Orang

Sungai Jaman. Di tengah pesatnya modernisasi, masyarakat Dusun Sungai Jaman, Desa Sungai Jaman, tetap mempertahankan tradisi dan adat istiadat yang telah diwariskan turun temurun. Salah satu acara yang paling dinanti adalah penutupan Nyapet Sawa, atau yang dikenal juga dengan Empara Dio, sebuah pesta panen padi yang meriah dan sarat akan nilai budaya.

Kancilkus, SP, seorang tokoh masyarakat yang sangat dihormati dan Caleg terpilih 2024-2029, menyampaikan pesan penting pada penutupan acara Nyapet Sawa tahun ini. “Cintailah adat budayamu sebelum mencintai adat budaya orang lain,” ucapnya dengan penuh semangat. Pesan ini menegaskan pentingnya menjaga dan melestarikan warisan budaya lokal di tengah gempuran pengaruh budaya asing.

Nyapet Sawa: Lebih dari Sekadar Pesta Panen

Nyapet Sawa, atau Empara Dio, bukan hanya tentang panen padi. Acara ini merupakan perwujudan syukur kepada Tuhan atas hasil bumi yang melimpah. Empara Dio merupakan momen penting dalam siklus tahunan masyarakat Dayak Taba. Setelah musim panen selesai, masyarakat berkumpul untuk menyelenggarakan upacara ini sebagai tanda syukur kepada Tuhan dan leluhur atas hasil panen yang melimpah. Dalam acara ini, semua alat-alat pertanian, seperti cangkul, parang, dan peralatan lainnya, diberkati dan diberi sesajian. Hal ini dilakukan dengan harapan agar alat-alat tersebut dapat digunakan kembali di musim tanam berikutnya dengan lebih baik dan menghasilkan panen yang lebih baik pula.

Prosesi Empara Dio tidak hanya melibatkan pemberian sesajian, tetapi juga berbagai ritual dan doa yang dipimpin oleh tetua adat atau pemuka masyarakat. Mereka memohon keberkahan dan perlindungan untuk musim tanam yang akan datang. Selain itu, upacara ini juga menjadi ajang berkumpul dan mempererat tali silaturahmi antaranggota komunitas. Masyarakat berkumpul, berpakaian tradisional, dan menggelar berbagai upacara adat yang penuh makna. Ritual ini dimulai dengan tarian dan nyanyian tradisional yang diiringi oleh alat musik khas daerah, menciptakan suasana sakral yang menghubungkan mereka dengan leluhur dan alam semesta. Selama pesta, berbagai hidangan tradisional disajikan, yang semuanya terbuat dari hasil panen. Ini menjadi momen bagi masyarakat untuk berbagi rezeki, mempererat tali persaudaraan, dan mengajarkan nilai-nilai kebersamaan kepada generasi muda.

Pesan Kancilkus, SP: Menjaga Identitas Budaya

Kancilkus, SP, dalam status sosmednya, menekankan pentingnya mengenal dan mencintai budaya sendiri. “Adat budaya adalah identitas kita. Jika kita tidak mencintainya, maka identitas kita akan hilang ditelan zaman,” ujarnya. Dia mengajak seluruh warga, terutama generasi muda, untuk aktif terlibat dalam setiap kegiatan budaya yang ada.

“Kita harus bangga dengan warisan budaya kita. Jangan sampai modernisasi membuat kita melupakan jati diri. Mari kita pelajari, lestarikan, dan banggakan budaya kita sendiri,” tambahnya.

Kancilkus juga menyoroti perlunya pendidikan budaya di sekolah-sekolah. Menurutnya, pengajaran tentang adat dan tradisi lokal harus menjadi bagian penting dari kurikulum pendidikan. Hal ini penting agar anak-anak tidak hanya mengenal budaya global, tetapi juga memahami dan mencintai budaya asal mereka.

Acara penutupan Nyapet Sawa ditandai dengan doa bersama yang dipimpin oleh pemuka adat. Doa tersebut memohon berkah dan perlindungan kepada Jubata, sang pencipta dan penjaga alam semesta. “Jubata Pejaji Penompa Memberkati..Amin,” begitu doa penutup yang diucapkan dengan khidmat, mengakhiri rangkaian upacara.

Dengan berakhirnya acara, masyarakat Dusun Sungai Jaman berharap agar hasil panen berikutnya akan sama melimpahnya dan kesejahteraan akan selalu menyertai mereka. Pesta panen ini bukan hanya ritual tahunan, tetapi juga pengingat akan kekayaan budaya yang harus terus dijaga dan diwariskan kepada generasi mendatang.

Melalui acara seperti Nyapet Sawa, pesan Kancilkus, SP menjadi nyata. Masyarakat diingatkan kembali untuk mencintai dan menghargai warisan budaya mereka, sebelum terpesona dengan budaya dari tempat lain. Dengan demikian, identitas dan kebanggaan sebagai masyarakat adat akan tetap terjaga di tengah arus globalisasi.

@2024 Sahabat Kancilkus, SP. All rights reserved.